http://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/issue/feedJurnal Mandala Pharmacon Indonesia2024-12-25T14:19:54+07:00Muhammad Isruljurnalpharmaconmw@gmail.comOpen Journal Systemshttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/522Analisis Cost of Illness Pada Pengobatan Pasien Stroke Iskemik Peserta JKN di RS ‘’X” Surakarta Tahun 20232024-08-19T07:56:07+07:00Fiqih Zaqiahzaqiahfiqih30@gmail.comLucia Vita Inandha Dewivitainandha@gmai.comSamuel Budi Harsonobudisamuel@setiabudi.ac.id<p>Stroke merupakan penyakit yang membutuhkan biaya besar dalam penanganannya, adanya perbedaan kondisi setiap pasien dapat memberikan perbedaan biaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor kondisi pasien apa saja yang mempengaruhi total biaya rumah sakit dan melihat perbedaan antara tarif rumah sakit dengan tarif paket <em>INA-CBG’s</em>. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan melakukan analisis <em>cost of illness</em> (COI) berdasarkan perspektif rumah sakit. Data yang diamati hubungan kondisi pasien terhadap biaya medis langsung dan melihat apakah terdapat perbedaan tarif antara biaya RS dengan tarif <em>INA-CBG’s</em>. Sumber data yang digunakan adalah kondisi pasien menurut rekam medis (usia, jenis kelamin, lama perawatan, kelas perawatan, komorbid, tingkat keparahan, dan jenis terapi obat), obat-obat yang digunakan dan biaya yang dikeluarkan periode Januari-Desember 2023. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 175 data pasien penderita stroke iskemik sesuai kriteria inklusi. Analisis data secara bivariat dilakukan menggunakan uji <em>one sample t-test </em>untuk melihat perbedaan tarif RS dengan tarif <em>INA-CBG’s</em> berdasarkan kelas perawatan dan tingkat keparahan serta analisis chi-square untuk melihat faktor yang mempengaruhi biaya serta korelasi kedua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya rumah sakit pasien stroke iskemik periode Januari-Desember 2023 sebesar Rp. 429.455.726. Biaya tarif rumah sakit menunjukkan faktor yang mempengaruhi ditinjau dari usia, komorbid, lama perawatan, kelas perawatan, tingkat keparahan, dan jenis terapi obat diperoleh nilai p<0,05. Hasil analisis kesesuaian biaya berdasarkan tarif rumah sakit dengan tarif <em>INA-CBG’s </em>menunjukkan terdapat perbedaan positif pada setiap kelas dengan tingkat keparahan.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/546Skrining dan Karakterisasi Komponen Self Nano Emulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) Atorvastatin Menggunakan Fractional Factorial Design (FFD)2024-10-03T10:50:08+07:00Ifa Rizki Wijayantiifa.rizki190@gmail.comIlham Kuncahyoifa.rizki190@gmail.comWiwin Herdwianiifa.rizki190@gmail.com<p>Atorvastatin merupakan obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air (BCS kelas II) serta memiliki aktivitas farmakologis sebagai terapi hiperkolesterolemia. Self?nanoemulsifying drug delivery systems (SNEDDS) dianggap sebagai pendekatan yang potensial untuk meningkatkan kelarutan atorvastatin karena stabil dan proses pembuatan yang relatif sederhana. Penelitian ini bertujuan untuk memilih komponen dan rasio komponen SNEDDS atorvastatin menggunakan pendekatan desain faktorial terfraksi (DFT) terhadap parameter waktu emulsifikasi, ukuran droplet, indeks polidispersitas (PDI), zeta potensial, persen transmitan, dan loading obat. Variabel yang digunakan dalam pengembangan SNEDDS atorvastatin adalah tipe dan konsentrasi minyak (capryol 90 dan asam oleat), surfaktan (cremophor RH40 dan tween 80), dan ko-surfaktan (transcutol dan PEG 400). Hasil DFT didapatkan 16 run dengan perbedaan proporsi komponen SNEDDS atorvastatin, kemudian dilakukan karakterisasi parameter kritis meliputi waktu emulsifikasi, persen transmitan, ukuran droplet, loading obat, indeks polidispersitas, dan zeta potensial. Komponen dan rasio komponen SNEDDS atorvastatin ditentukan dengan analisa single factor plot menggunakan program design expert 13. Hasil penelitian menunjukkan capryol 90, cremophor RH40, dan transcutol terpilih sebagai komponen minyak, surfaktan, dan ko?surfaktan yang memiliki kontribusi paling besar dalam pembuatan SNEDDS atorvastatin dengan rasio minyak pada 11,1-37,5 %, rasio surfaktan 36,4-77,8 %, rasio ko-surfaktan 11,1-44,4 %.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/555In Vitro Analysis of Anti-Inflammatory Activity of Lyotropic Liquid Crystal Nanoparticles from Echinacea purpurea Flower Extract2024-08-09T21:09:47+07:00Priscilla Sherly Ayu Santianingtyaspriscillasherly.830@gmail.comMuhammad Dzakwanmdzakwan9@gmail.comFransiska Levianafransiska.leviana@setiabudi.ac.id<p>Inflammation serves as the body's defense mechanism in response to tissue damage caused by various factors. Echinacea contains flavonoids such as quercetin, kaempferol, and diosmetin, which exhibit significant anti-inflammatory properties by inhibiting inflammatory enzymes and reducing the production of proinflammatory mediators. This study aims to evaluate the anti-inflammatory effects of echinacea flower extract formulated as Lyotropic Liquid Crystal Nanoparticles (LLCN) and compare its efficacy with viscous echinacea flower extract and diclofenac sodium. Echinacea flower extract was produced using 70% ethanol solvent via ultrasonication. LLCNs were synthesized using a top-down approach and characterized based on particle size, zeta potential, stability, and absorption efficiency. Anti-inflammatory activity was assessed in vitro using 0.2% Bovine Serum Albumin (BSA) solution in Tris Buffer Saline (TBS), with diclofenac sodium as a positive control. The results showed that echinacea flower extract can be converted into LLCN with particle sizes ranging from 10 to 1000 nm. The LLCN formulation of echinacea flower extract showed stronger anti-inflammatory activity compared to the condensed extract, with activity recorded at 54,660 ppm, IC50 for LLCN at 21,823 ppm, and IC50 for diclofenac sodium at 19,984 ppm. Thus, echinacea flower extract LLCN has potential as a natural anti inflammatory agent, which shows higher efficacy compared to its condensed extract form. This indicates that LLCN technology not only improves the bioavailability, but also the effectiveness of the extract in inhibiting inflammation, thus LLCN has the potential to be applied more widely in the development of natural drugs for anti inflammatory therapy.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/556Analisis Efektivitas Biaya Kemoterapi Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta2024-09-22T10:12:31+07:00Devinta Febri Sorayadevintafebri224@gmail.comFitriana Yuliastuti fitriana@unimma.ac.id<p>Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan jumlah kasus yang tinggi <br />di Indonesia dan menjadi masalah kesehatan serius di seluruh dunia. Kanker <br />payudara menjadi penyebab kematian tertinggi di kalangan wanita, di mana sekitar <br />15 hingga 20 persen dari kasus baru merupakan jenis triple-negative breast cancer<br />(TNBC) yang sulit diobati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya-manfaat <br />kemoterapi rawat jalan pada pasien kanker payudara di rumah sakit di Yogyakarta <br />dari tahun 2017 hingga 2021, dengan menggunakan pendekatan non-eksperimental <br />dan teknik studi banding. Data dikumpulkan secara retrospektif, dengan fokus pada <br />biaya pengobatan langsung. Metode Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) digunakan <br />untuk mengevaluasi efektivitas biaya berbagai regimen kemoterapi. Analisis data <br />yang dilakukan menggunakan Microsoft Excel, peneliti menghitung biaya pengobatan <br />kemoterapi rawat jalan dan nilai ACER untuk menilai efikasi pengobatan. Hasil <br />penelitian menunjukkan bahwa biaya rata-rata pengobatan mencapai Rp 819.388.966, <br />dengan penghematan sebesar 63,7% dibandingkan penggunaan obat lainnya. <br />Kombinasi obat yang terdiri dari Fonkopac, Paklitaksel, Pamoxed, Carboplatin, dan <br />Epirubicin terbukti menjadi pilihan yang paling hemat biaya dan efektif, sehingga <br />menjadi pilihan yang efisien dalam penanganan kanker payudara.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/558Analisis Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Geriatri di Rumah Sakit X Periode Tahun 20232024-08-09T21:13:00+07:00Gabriella Muktia03227199@mhs.setiabudi.ac.idSamuel Budi Harsonobudisamuel@setiabudi.ac.idLukito Mindi Cahyolukito.m.cahyo@setiabudi.ac.id<p>Hipertensi terjadi apabila seseorang mempunyai tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Seseorang berusia ? 45 tahun memiliki resiko terkena hipertensi 8,4 kali lebih besar dibanding dengan usia ? 45 tahun. Tujuan penelitian ialah mengetahui rasionalitas obat antihipertensi pada kelompok geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X tahun 2023 mengacu pada indikator tepat indikasi obat, tepat kondisi pasien, tepat pemilihan obat, dan tepat dosis. Penelitian menggunakan rancangan pendekatan cross sectional dengan melihat data rekam medik pasien hipertensi kelompok usia geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X periode 2023 melalui teknik purposive sampling. Analisis hasil yang dilakukan mempertimbangkan pemakaian obat pada pedoman yang telah ditetapkan. Menurut penelitian, golongan CCB merupakan antihipertensi yang paling banyak digunakan. Kriteria JNC 8 digunakan sebagai standar pembanding pada data penelitian yang didapatkan. Pada penelitian ini ditemukan kesesuaian tepat dosis serta tepat indikasi obat sebesar 100%, tepat kondisi pasien sebesar 93,75%, dan tepat pemilihan obat sebesar 92,5%. Berdasarkan uji statistik chi?square ada korelasi yang signifikan antara rasionalitas penggunaan obat antihipertensi dengan outcome klinis pasien hipertensi usia geriatri di Rumah Sakit X.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/554Uji Akltivitas Antioksidan, Kadar Flavonoid, dan Fenolik Total Ekstrak dan Fraksi Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) 2024-08-19T08:04:09+07:00Rully Mukti Nainggolanrullymuktingl@gmail.comMamik Ponco Rahayurosedamascence@gmail.comEndang Sri Rejekiendangsrirejeki78@gmail.com<p>Daun Asam Jawa (<em>Tamarindus indica </em>L.) merupakan suatu tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa fenolik dan flavonoid. Senyawa tersebut berpotensi sebagai antioksidan alami untuk mencegah terjadinya penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan, kadar flavonoid, dan fenolik total pada ekstrak, fraksi <em>n</em>-heksan, etil asetat dan air daun Asam Jawa. Daun Asam Jawa diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, kemudian difraksinasi. Ekstrak dan fraksi daun Asam Jawa diuji kandungan kimianya dengan metode reaksi tabung, diuji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, ditetapkan kadar flavonoid totalnya dengan AlCl<sub>3 </sub>menggunakan baku kuersetin, dan ditetapkan kadar fenolik totalnya menggunakan baku asam galat dengan alat instrumen spektrofotometri UV-Vis.Hasil menunjukkan bahwa ekstrak, fraksi <em>n</em>-heksan, etil asetat, dan air daun Asam Jawa memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC<sub>50</sub> berturut-turut sebesar 44,53 ± 0,8; 306,61 ± 2,23; 27,27 ± 1,02; dan 47,04 ± 1,30 ppm, sedangkan baku kuersetin memiliki nilai IC<sub>50</sub> sebesar 2,83 ± 0,04 ppm. Ekstrak etanol, fraksi <em>n</em>-heksan, etil asetat dan air daun Asam Jawa memiliki kandungan flavonoid total berturut-turut sebesar 8,52±0,29; 4,61±0,14; 24,43±1,97 dan 14,52±0,20 QE mg/g, sedangkan fenolik totalnya sebesar 57,21±0,44; 42,55±0,32; 93,31±0,62; dan 44,67±1,23 GAE mg/g. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan terkuat dengan kategori sangat kuat, serta memiliki kadar flavonoid dan fenolik total tertinggi dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi lainnya.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/570Pengembangan Formula Sediaan Lipstik dari Kombinasi Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis L.) dan Daun Pacar (Lawsonia inermis L.) Sebagai Pewarna Alami2024-08-19T08:07:35+07:00Mayu Rahmayantimayu31@farmasi.uin-malang.ac.idMahardika Chory Haryadi200703110051@student.uin-malang.ac.idSadli Syarifuddinsadlisyarifuddin@uin-malang.ac.idGinanjar Putri Nastitiginaputri@farmasi.uin-malang.ac.idDwi Anggrainianggrainidwi304@gmail.comImrotul Hasanah210703110011@student.uin-malang.ac.idMuhammad Amiruddinhmamiruddin@uin-malang.ac.id<p>Lipstik merupakan suatu produk kosmetik yang paling banyak digunakan oleh <br />konsumen, khususnya wanita. Namun, berdasarkan laporan BPOM mulai tahun 2018 <br />hingga 2022, telah ditemukan banyak peredaran kosmetika ilegal yang beredar di <br />pasaran karena mengandung zat warna berbahaya berupa pewarna Merah K3 dan <br />Merah K10. Oleh karena itu, dibutuhkan zat warna alternatif untuk membuat sediaan <br />lipstik agar kesehatan konsumen terjamin. Contoh tanaman yang bisa dijadikan <br />sebagai zat warna alternatif yaitu daun jati muda (Tectona grandis L.) dan daun pacar <br />(Lawsonia inermis L.). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan lipstik <br />ekstrak kombinasi daun jati muda (Tectona grandis L.) dan daun pacar (Lawsonia inermis <br />L.) yang memenuhi semua standar evaluasi fisik sediaan lipstik. Daun jati muda <br />diekstraksi dengan metode Ultrasonic Assisted Extraction (UAE), sedangkan daun pacar <br />diekstraksi dengan metode maserasi. Uji evaluasi yang dilakukan meliputi uji <br />organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji oles, uji kekerasan, uji titik lebur, dan uji <br />stabilitas cycling test. Hasil yang diperoleh yaitu semua sediaan lipstik telah memenuhi <br />standar evaluasi sediaan lipstik tapi tidak stabil pada siklus keenam. Kesimpulan <br />penelitian ini yaitu sediaan lipstik memenuhi standar karakteristik sediaan lipstik <br />yang baik tapi tidak stabil setelah uji stabilitas cycling test pada parameter uji pH, uji <br />titik lebur, dan uji kekerasan.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/592Uji Efek Analgetik Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus) yang Diinduksi Formalin 1%2024-10-09T19:41:00+07:00Djulfikri Mewardjulmewar95@gmail.comMuhammad Azril Hardiman Mahulauwdjulmewar95@gmail.comMarisa Anggia Ibrahimdjulmewar95@gmail.comAulia Debby Peludjulmewar95@gmail.comNurhasfiana Baktiardjulmewar95@gmail.com<p>Melaleuca leucadendra merupakan salah satu tanaman khas maluku yang secara<br />tradisional digunakan untuk mengobati nyeri. Nyeri merupakan suatu kejadian<br />sensori dan emosi yang tidak nyaman dan berhubungan dengan kerusakan pada<br />jaringan atau berpotensi terjadinya kerusakan pada jaringan. Tujuan penelitian ini<br />untuk mengetahui efek analgetik ekstrak daun M leucadendra pada mencit jantan (Mus<br />musculus) yang diinduksi formalin 1% dengan melihat parameter fenotip hentakan<br />kaki dan jilatan kaki. Penelitian ini menggunakan 25 ekor mencit jantan dibagi dalam <br />dalam 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I sebagai (kontrol <br />negatif), kelompok II, III dan IV (kelompok perlakuan) yang diberi EKP dengan dosis <br />masing-masing 10%, 20% dan 40%, kelompok V sebagai (kontrol positif). Pemberian <br />sediaan uji diberikan secara intraplantar. Hasil penelitian menunjukan bahwa mencit<br />yang diberikan ekstrak M leucadendra 40% mengurangi jumlah hentakan kaki dengan<br />jumlah persen proteksi 90.72. Mencit yang diberi ekstrak M leucadendra 40% juga<br />memiliki efek analgetik ditandai dengan berkurangnya jumlah jilatan kaki selama 60<br />menit dengan jumlah persen proteksi 75.98. Penurunan hentakan dan jilatan yang<br />signifikan terlihat pada semua kelompok perlakuan termasuk kelompok yang diberi<br />ekstrak M leucadendra 40% (p<0,0001). Efek analgetik ekstrak M leucadendra 40%<br />sebanding dengan krim metil salisilat 30%. Kesimpulan, ekstrak M leucadendra dengan<br />dosis 40% memberikan efek analgetik pada mencit yang mungkin berguna untuk<br />mengatasi nyeri pada manusia.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/598Potensi Nanogel Limbah Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Sebagai Antioksidan Pencegah Penuaan Dini Pada Kulit Wajah2024-09-02T07:51:13+07:00Syamsinar Idhamsyamsinaridham03@gmail.comErvianingsih Ervianingsihervianingsih@umpalopo.ac.idArini Ariniervianingsih@umpalopo.ac.idRizky Nayzila Rasyidervianingsih@umpalopo.ac.id<p>Setelah Brasil, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia. Saat<br />ini semakin banyak orang yang memilih menggunakan pengobatan tradisional karena<br />kemudahan hidup dan semakin populernya pengobatan kontemporer. Berdasarkan pengetahuan yang tinggi, salah satu cara paling sederhana untuk mendapatkan<br />antioksidan adalah melalui limbah biji alpukat (Persea americana Mill.). Penelitian<br />sebelumnya menunjukkan bahwa kandungan metabolit pada alpukat memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan sangat penting untuk melindungi jaringan tubuh dari<br />kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Sebagai upaya menghentikan penuaan dini akibat radikal bebas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji aktivitas antioksidan formulasi nano gel dari limbah biji alpukat (Persea americana Mill.) dengan metode DPPH yang sebelumnya diawali dengan uji daya lekat dengan melihat seberapa lama daya lekat yang dihasilkan dari sediaan, uji stabilitas dengan melihat bagaimana kestabilan suatu sediaan dengan suhu penyimpanan yang ekstrim, uji homogenitas dengan melihat apakah sediaan yang dibuat tercampur rata, uji daya sebar dengan melihat seberapa lebar ukuran daya sebar suatu sediaan , uji pH dengan melihat apakah pH dari sediaan aman untuk kulit wajah, dan uji mutu organoleptik dengan melihat berbagai bentuk dari sediaan. Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, setiap formulasi pada penelitian ini memenuhi persyaratan nano gel yang baik berdasarkan literatur. Dimana uji organoleptik pada F1, F2, Dan F3 mempunyai bentuk gel, berwarna orange kecoklatan, dan memiliki aroma alpukat yang tidak mengalami perubahan selama selama pengujian. Hasil uji pH F1 5, F2 5 dan F3 5; uji daya sebar F1 3,9cm, F2 3,1cm dan F3 3,9cm; uji homogenitas F1, F2 dan F3 semuanya homogen; uji daya lekat F1 3,46 detik, F2 1 detik dan F3 2,54 detik; kemudian uji stabilitas uji yang terbaik pada F1; dan uji<br />antioksidan F1 52.72 kuat, F2 227.16 sangat lemah dan F3 140.54 sedang. Dari ketiga Formula tersebut gel yang paling baik dari segi fisik dan efektivitas adalah formula 1.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/600Formulasi Sediaan Mouthwash Antibakteri Infusa Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Daun Serai (Cymbopogon citrates) Terhadap Streptococcus mutans2024-09-02T07:55:15+07:00Andi Fikrah Rahmahfikrah.rahma12@gmail.comMurni Mursyidmurnimursyid@umpalopo.ac.idHurria Hurriahurria@umpalopo.ac.idFhany Meylanymurnimursyid@umpalopo.ac.idAsmaul Husnamurnimursyid@umpalopo.ac.idAndi Nabilahmurnimursyid@umpalopo.ac.id<p>Kesehatan rongga mulut sangat penting karena memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Salah satu penyakit gigi ini adalah karies gigi yang merupakan salah satu penyakit multifaktorial yang menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi, yang dimana penggunaan moutwash dengan bahan kimia sintetis untuk jangka waktu yang lama berisiko pada kesehatan yang bisa menimbulkan efek samping pada penggunanya. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif lain dalam mengatasi masalah kesehatan rongga mulut dengan menggunakan bahan alam yang murah, aman, dan efektif. Bahan alam yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) menggandung zat aktif berupa flavonoid, saponin, fenol, tanin, glikosida, minyak atsiri dan triterpenoid dan daun serai (Cymbopogon citratus) yang mengandung senyawa berupa alkaloid, flavonoid, dan beberapa monoterpen. Tujuan penelitian ini untuk membuat Inovasi sediaan mouthwash antibakteri infusa daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan daun serai (Cymbopogon citrates) dan mengetahui efektivitas dari sediaan mouthwash terhadap Streptococcus mutans. Hasil penelitian menunjukkan pada uji organoleptis, uji pH, uji stabilitas, uji viskositas telah memenuhi persyaratan evaluasi sediaan. Sedangkan pada uji aktivitas antibakteri untuk konsentrasi yang paling efektif adalah Formula 3 dengan diameter zona hambat 18,12 mm dengan kategori kuat.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/609Preliminary study: ?-glucosidase Inhibition Ethanolic Extract from Pogeh-Pogeh (Alpinia denticulata (Ridl.) Holttum)2024-09-19T11:53:25+07:00Nanda Putrananda.putra0609@gmail.comJihan Hanifah Al-Aminnanda.putra0609@gmail.comFitratul Wahyuninanda.putra0609@gmail.com<p>?-glucosidase inhibitor is a potential antidiabetic drug in controlling the blood glucose in diabetic patients. This study aims to screen the inhibitory activity of various parts of Alpinia denticulata against the ?-glucosidase enzyme through in-vitro testing. As a preliminary study, the 70% ethanolic extract of the Alpinia denticulata including rhizome, stem, leaf, and fruit was evaluated for inhibition of ?-glucosidase, together with total phenolic content and the toxicity based on the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Each part of the plant extract showed a higher IC50 value than acarbose as a positive control (IC50 of fruit extract = 14.39 ?g/ml, IC50 of leaf extract 6.13 ?g/ml, IC50 of stem extract 20.57 ?g/ml, rhizome extract 126.67 ?g/ml and acarbose 172.02 ?g/ml). Interestingly, each of the extract also showed different quantities of total phenolic content in the same order as their IC50 in inhibiting ?-glucosidase activity. Additionally, the BSLT showed that only the leaf and stem are in the non-toxic group. Based on the assay, it suggested that this plant has the potential to be investigated as an antidiabetic drug.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/432Potensi Aktivitas Emulgel Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) yang Mengandung Xanthon Pada Bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus2024-08-31T18:18:49+07:00Annysa Ellycornia Silvyanaannysaellycornia@gmail.comFeronika Evma Rahayuannysaellycornia@gmail.comSuripah Suripahannysaellycornia@gmail.comVeny Febrianaannysaellycornia@gmail.com<p>Jerawat timbul dikarenakan adanya sumbatan pada kelenjar minyak kulit, maka pelepasan minyak pada kulit tersumbat, bengkak, dan mengering menjadi isi jerawat. Jerawat pada kulit ini bisa disebabkan adanya bakteri P. acnes, S. epidermidis, S. aureus. Manggis adalah buah tropis yang mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan buah lainnya. Kandungan yang terdapat di dalam kulit manggis yaitu xanton, antosianin, dan tannin. Senyawa xanton pada tanaman memiliki efek antioksidan, atimikroba, antikanker, antiinflamasi, dan aktivitas sitotoksin. Emulgel bersifat hydrofobic memiliki kemampuan tinggi menembus kulit. Emulgel yang digunakan pada kulit luar terdapat beberapa sifat yang menguntungkan seperti menjadi tiksotropik, mudah menyebar, mudah dilepas, emolient, larut dalam air, umur simpan tahan lama, ramah lingkungan, dan penampilan menarik. Penelitian aktivitas emulgel ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L) yang mengandung xanton pada bakteri staphylococcus epidermidis dan staphylococcus aureus telah dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh formulasi emulgel ekstrak kulit manggis yang ditambah pengawet dengan formulasi tanpa penambahan pengawet. Jerawat terjadi karena adanya peradangan kelenjar minyak pada kulit, sehingga pelepasan minyak pada kulit tersumbat, bengkak serta mengering menjadi isi jerawat. Xanton merupakan senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri sehingga pada penelitian ini dilakukan pengujian emulgel terhadap bakteri staphylococcus epidermidis dan staphylococcus aureus yang termasuk bakteri penyebab terjadi jerawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emulgel xanthon tanpa penambahan memiliki aktivitas antibakteri dengan zona hambat 25 mm sedangkan pada emulgel yang ditambahkan menunjukkan zona hambat 15 mm. Hal ini diketahui bahwa emulgel ekstrak kulit manggis memiliki aktivitas antibakteri.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/462Formulasi Bedak Padat Sebagai Pelindung Wajah Dari Sinar Uv Kombinasi Ekstrak Kulit Pisang Ambon (Musax Paradisiaca L.) dan Ekstrak Bengkuang (Pachyrhizus Erosus (L.) Urb.)2024-01-29T19:33:03+07:00Wike Wijayaniwikewijayani4@gmail.comOktariani Pramiastutioktariani.pram@gmail.comEry Nourika Alfirazawikewijayani4@gmail.com<p>Paparan sinar matahari yang berlebihan dapat menyebabkan kemerahan pada kulit, kulit terbakar, dan risiko kanker kulit akibat radiasi sinar ultraviolet. Kulit pisang ambon mengandung senyawa flavonoid, tanin, alkaloid, glikosida, antosianin, dan terpenoid yang memiliki potensi sebagai antioksidan. Ekstrak bengkuang mengandung vitamin C, saponin, dan flavonoid yang berfungsi sebagai tabir surya alami dan dapat menghilangkan noda hitam pada kulit. Bedak padat merupakan produk kosmetik yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar matahari sekaligus memberikan warna yang merata pada kulit wajah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi bedak padat dengan kombinasi ekstrak kulit pisang ambon dan bengkuang, menguji sifat fisik, dan menilai kemampuan proteksi terhadap sinar UV. Bedak padat diformulasikan dalam tiga variasi dengan perbandingan ekstrak kulit pisang ambon dan bengkuang yaitu F1 (4%:2%), F2 (3%:3%), dan F3 (2%:4%). Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kulit pisang ambon mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, tanin, dan vitamin C, sedangkan ekstrak bengkuang mengandung alkaloid, flavonoid, dan vitamin C. Berdasarkan pengujian fisik, seluruh formulasi menunjukkan homogenitas, pH, daya lekat, dan kerapuhan yang memenuhi standar kosmetik. Berdasarkan pengujian SPF, formulasi F1 memiliki nilai SPF 6,97 yang termasuk dalam kategori proteksi ekstra terhadap sinar UV, sementara F2 dan F3 memiliki nilai SPF masing-masing 5,63 dan 5,68 yang tergolong proteksi sedang. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa formulasi bedak padat yang dibuat, khususnya F1 mampu memberikan proteksi terhadap sinar UV, menunjukkan potensi sebagai produk kosmetik pelindung matahari yang efektif.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/523Determination of Vitamin C Levels in Various Chilli (Capsicum sp) Varieties and In-Silico Activity Assessment2024-08-09T20:44:12+07:00Fath Dwisarifath.dwisari@polita.ac.idAbdurraafi' Maududi Dermawanrafi.derma@polita.ac.id<p>Chili peppers are acknowledged as one of the fruits endowed with a notable vitamin C content, a crucial nutrient integral to various physiological processes. These include collagen synthesis, bone and tooth formation, wound healing, and bolstering the immune system's defense against infections. Vitamin C, as a water-soluble compound, is susceptible to degradation when exposed to atmospheric conditions. Hence, careful preservation of chili peppers is imperative to maintain their vitamin C levels. The primary objective of this study is to discern the concentrations of vitamin C within three distinct stages of chili pepper ripeness: young, semi-ripe, and fully ripe. The methodology employed in this investigation entails UV-Vis Spectrophotometry, with a maximal wavelength for vitamin C quantification established at 265 nm. This approach yielded absorbance values of 0.696, 0.564, and 0.478 for the respective stages. Quantitative analysis reveals that the vitamin C concentrations in young, semi-ripe, and fully ripe chili peppers are 8.1397 ppm, 5.9559 ppm, and 4.5313 ppm, respectively. These findings unequivocally demonstrate that vitamin C content is significantly higher in young chili peppers when compared to their semi-ripe and fully ripe counterparts. The docking results for capsaicin ligands yielded Gibbs energy (?G), Ki and IC50 value -6.14 kkal/mol, 31.34 µm and 19.143 ppm, respectively. The result indicate that capsaicin exhibited good interaction to catalytic site of glycogen phosphorylase which could serve as a potential antidiabetic agent.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/524Evaluation Of Antibiotic Use With Quantitative Methods at Sultan Agung Semarang Hospital2024-09-19T12:15:39+07:00Junvidya Herowetijunvidyaheroweti@gmail.comSuswanto Suswantojunvidyaheroweti@gmail.comAhmad Mu’alim Joharijunvidyaheroweti@gmail.com<p>Antimicrobial Resistant in Indonesia estimates that the data of deaths due to Antimicrobial Resistant in 2018 is around 700,000 people and this number will continue to increase to 10 million people by 2050. It is necessary to control antibiotic resistance by evaluating the use of antibiotics. The purpose of this study was to determine the quantity of antibiotic use at RSI Sultan Agung Semarang period July-December 2021. This research is observational with a descriptive research design and retrospective data collection. The population used was all medical record data of inpatients in the internal medicine ward who used antibiotics. There were 394 medical records that met the inclusion criteria. Data calculated using the ATC/DDD method is described descriptively and presented in the form of percentages and tables, percentages and tables. The results showed the total DDD value of the antibiotic was 81.56 DDD/100 patient days with a total Length of Stay (LOS) of 2,588 days. Antibiotics with the highest DDD value are Levofloxacin parenteral with a value of every 100 days of hospitalization 20.38 patients received the treatment with a dose of 0.5 grams every day. While antibiotics that enter the 90% DU segment are Levofloxacin (P), Ceftriaxone (P), Moxifloxacin, Cefoperazone Sulbactam (P), Ampicillin Sulbactam (P), Meropenem (P), Metronidazole (P), Cefixime (O), Azitromycin (O), Levofloxacin (O), dan Cefotaxime (P). As a consequence of the possibility of antibiotic resistance, its use should be strictly controlled.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/553Uji Aktivitas Vasodilatasi Ekstrak Etanol Buah Okra (Abelmoschus Esculentus) dengan Parameter Kadar Nitrit Oksida (NO)2024-08-31T18:50:05+07:00Hafidah Hafidahika_pur@setiabudi.ac.idIka Purwidyaningrumika_pur@setiabudi.ac.idYane Dila Keswaraika_pur@setiabudi.ac.id<p>Penyakit jantung iskemik (IHD) adalah suatu kondisi medis jantung tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup karena adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner. Efek vasodilatasi pada IHD dapat membantu mengatasi beberapa komplikasi yang timbul dari penyakit ini. Buah okra (Abelmoschus esculentus) merupakan tanaman yang berpotensi memberikan efek vasodilatasi karena mengandung kuersetin. Tujuan penelitian ini adalah menguji aktivitas ekstrak buah okra (Abelmoschus esculentus) dan dosis efektifnya dalam memberikan efek vasodilatasi. Buah okra diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague Dawley dengan variasi tiga dosis ekstrak buah okra yaitu dosis 75 mg/kg bb, 150 mg/kg bb, dan 300 mg/kg bb. Digunakan kontrol positif Isosorbide mononitrat dan kontrol negatif CMC 0,5%. Aktifitas vasodilatasi ekstrak buah okra diamati melalui parameter kadar nitrit oxide. Data hasil pengamatan dari masing-masing parameter dianalisis dengan menggunakan one way ANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol buah okra (Abelmoschus esculentus) dapat memberikan aktivitas efek vasodilatasi terhadap tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur Sprague Dawley. Ekstrak buah okra yang memiliki dosis paling efektif adalah dosis 75 mg/kg bb tikus.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/603Evaluasi Kinerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Swasta X di Karanganyar Dengan Metode Balanced Scorecard2024-09-19T11:44:33+07:00Muslihatin Muslihatinmuslihatin9@gmail.comJason Merari Peranginanginjason.merari@setiabudi.ac.idTri Wijayantitriwijayanti@setiabudi.ac.id<p>Metode BSC merupakan salah satu alat ukur yang efisien dalam mengukur kinerja rumah sakit. IFRS Swasta X di Karanganyar belum pernah melakukan analisis kualitas sistem pelayanan terhadap pelanggan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas IFRS Swasta X di Karanganyar melalui metode BSC dengan melihat dari perspektif: keuangan, bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, kepuasan pelanggan, serta didukung analisis SWOT. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data secara retrospektif dan concurrent yang dilaksanakan di IFRS Swasta X di Karanganyar. Data dianalisis secara deskriptif analitik dan dibandingkan terhadap standar. Uji gap lima dimensi kualitas pelayanan antara kenyataan dan harapan diolah menggunakan metode Wilcoxon, selanjutnya dilakukan analisis SWOT. Hasil penelitian membuktikan bahwa kinerja IFRS Swasta X Karanganyar dengan pendekatan perspektif keuangan TOR 1-48 kali, GPM dan GROS memenuhi standar; perspektif proses bisnis internal yang meliputi ketersediaan obat tercapai 100%, dispensing time obat belum memenuhi standar, kepatuhan FORNAS 80,95±0,87%; perspektif bisnis pembelajaran dan pertumbuhan yang meliputi kepuasan, semangat kerja, dan turn over karyawan telah memenuhi standar, serta SIMRS perlu dilakukan pengembangan; perspektif pelanggan dan keterjaringan pasien tinggi. Analisis SWOT IFRS Swasta X di Karanganyar perlu menyusun strategi pengembangan untuk jangka panjang. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja IFRS Swasta X di Karanganyar dengan pendekatan BSC perspektif keuangan, bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, dan pelanggan telah memenuhi standar operasional rumah sakit.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/623Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L.) dengan Variasi Gelling Agent2024-09-22T10:38:00+07:00Siti Wahidahwahidahs606@gmail.comGusti Ayu Rai Saputriwahidahs606@gmail.comNofita Nofitawahidahs606@gmail.com<p>Daun asam jawa adalah tanaman yang mengandung senyawa aktif flavonoid yang terbukti memiliki antioksidan yang bermanfaat untuk kesehatan kulit dengan memberikan efek melembabkan, melindungi kulit dari sinar matahari dan mencerahkan kulit. Gel merupakan sediaan semipadat yang mempunyai kemampuan pelepasan obat yang baik, mudah dibersihkan dengan air, dan mempunyai kemampuan penyebaran yang baik dikulit. Sediaan gel membutuhkan basis agar mendapatkan stabilitas dan kompatibilitas yang tinggi, toksisitas yang rendah, serta waktu kontak dengan kulit. Gelling agent dipilih karena memiliki pengaruh yang besar terhadap absorbsi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun asam jawa dengan variasi gelling agent karbopol 940 dan HPMC. Penelitian ini dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hasil rendemen daun asam jawa yang didapatkan sebanyak 11,28%. Sediaan gel dibuat dalam lima formulasi dengan masing-masing variasi konsentrasi gelling agent. Analisis data menggunakan Repeated Measures Anova dan data evaluasi mutu fisik pada uji daya sebar, daya lekat dan viskositas didapatkan hasil Sig ?0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan, dan pada uji pH didapatkan hasil Sig ?0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Formulasi yang stabil pada gel ekstrak etanol daun asam jawa yaitu F2 dan F3. F2 dengan konsentrasi karbopol 940 0,5% dan HPMC 0,25%, dan F3 dengan konsentrasi karbopol 0,75% dan HPMC 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak etanol daun asam dengan variasi gelling agent yang memenuhi syarat evaluasi fisik sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah F2 dan F3.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/625Formulasi Mucoadhesive Edible Film Ekstrak Etanol Buah Kapulaga (Amomum compactum Sol. Ex Maton) Sebagai Antihalitosis2024-10-09T20:26:01+07:00Susanti Susantisusansugiono007@gmail.comSrie Rezeki Nur Endahsrierezekine@gmail.comAli Nofriyaldialinofriyaldi13@gmail.comEneng Indriindrineng629@gmail.comSalsabila Adlinasalsabilaadlina@unper.ac.id<p>Ekstrak etanol buah kapulaga diketahui mempunyai aktivitas antibakteri yang baik terhadap Streptococcus mutans penyebab halitosis, sehingga cocok diformulasikan ke dalam sediaan oral, salah satunya sediaan Mucoadhesive edible film. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat formulasi sediaan Mucoadhesive edible film ekstrak etanol buah kapulaga dan untuk mengetahui aktivitasnya terhadap bakteri Streptococcus mutans. Sediaan Mucoadhesive edible film dibuat menjadi 4 formula yaitu F0 (basis), F1 (ekstrak etanol buah kapulaga 2%), F2 (ekstrak etanol buah kapulaga 4%), dan F3 (ekstrak etanol buah kapulaga 6%). Evaluasi sediaan Mucoadhesive edible film meliputi uji organoleptis, uji ketebalan, uji keseragaman bobot, uji pH dan uji waktu hancur. Uji aktivitas antibakteri sediaan mucoadhesive edible film menggunakan sediaan klorheksidin 0,2% sebagai pembanding, dengan metode difusi cakram. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol buah kapulaga dengan konsentrasi 2%, 4% dan 6% dapat diformulasikan menjadi sediaan mucoadhesive edible film yang memenuhi syarat evaluasi fisik sediaan. Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Mucoadhesive edible film memberikan diameter rata-rata daya hambat sebesar F1 (9,03 mm), F2 (7,10 mm), dan F3 (6,30 mm) terhadap bakteri Streptococcus mutans. Berdasarkan analisis varian satu arah (ANOVA) menunjukan hasil p-value 0,00< 0,05) yang menunjukan adanya perbedaan yang signifikan.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/501Formulasi dan Uji Efektivitas Acne Spot Gel Kstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes2024-03-08T13:29:08+07:00Marina Marinam7475875@gmail.comIzal Zahranizalzahran@umpalopo.ac.idErvianingsih Ervianingsihizalzahran@umpalopo.ac.id<p>Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai obat jerawat yaitu daun ketepeng cina (Cassia alata L.). Daun ketepeng cina memiliki kandungan senyawa kimia alkaloid, saponin tanin steroid, antrakuinon, flavonoid glikosida, alatinon. Tujuan dari penelitian untuk memformulasikan sediaan totol jerawat ekstrak daun ketepeng cina dan melakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acne dengan menggunakan metode difusi cakram. Dibuat 3 formula dengan variasi konsentrasi ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) yaitu 5%, 10% dan 15%. Kemudian dilakukan uji kestabilan fisik dengan parameter uji meliputi organoleptis, homogenitas, daya sebar, pH, iritasi. Hasil penelitian berdasarkan uji stabilitas fisik didapatkan bahwa secara organoleptis, pH, daya sebar, iritasi, untuk 4 formula stabil selama penyimpanan. Berdasarkan uji antibakteri gel totol jerawat terhadap Popionibacterium acne, didapatkan hasil bahwa konsentrasi ekstrak daun ketepeng cina berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne hasil pada konsentrasi 5%, 10% dan 15% mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acne dengan zona hambat yang dihasilkan yaitu sedang, kuat dan sangat kuat.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/561Tingkat Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek X Periode Februari Tahun 20242024-08-19T08:05:17+07:00Annisa Dwi Marita Putrimaritaputri24@gmail.comSamuel Budi Harsonoa03227192@mhs.setiabudi.ac.idJamilah Sarimanaha03227192@mhs.setiabudi.ac.id<p>Pelayanan kefarmasian tidak lepas dari kualitas pelayanan apotek itu sendiri. Hal ini sangat berkaitan erat dengan kepuasan pasien, dimana kepuasan pasien merupakan cerminan kualitas pelayanan kesehatan yang mereka terima. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan di Apotek X berdasarkan kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti fisik secara parsial dan keseluruhan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode SERVQUAL (<em>Service Quality</em>) dengan dimensi <em>Tangible</em> (bukti nyata), <em>Reliability</em> (kehandalan), <em>Responsiveness</em> (ketanggapan), <em>Assurance</em> (jaminan), <em>Empathy</em> (keramahan). Sampel dalam penelitian ini adalah pasien atau keluarga pasien yang menerima pelayanan kefarmasian dan termasuk dalam kriteria inklusi dan teknik pengambilan sampel yang dilakukan yaitu <em>purposive sampling</em>. Analisis data menggunakan metode analisis gap (kesenjangan) yang dihasilkan dari skor harapan dan skor kenyataan pelayanan kefarmasian di Apotek X yang telah diukur dengan skala <em>likert</em>. Hasil dari penelitian ini pasien merasa puas pada dimensi <em>tangible, responsiveness,</em> dan <em>empathy</em> dengan nilai masing-masing gap 0,0533; 0,0150;0,0267. Hasil pada dimensi <em>reliability</em> dan <em>assurance</em> menyatakan bahwa pasien merasa tidak puas terhadap pelayanan kefarmasian dengan nilai masingmasing gap adalah -0,0367; -0,0033. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa pasien merasa puas dengan nilai gap 0,011.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/577Formulasi dan Aktivitas Antibakteri Sediaan Tisu Basah Ekstrak Etanol Bonggol Nanas (Ananas comosus L.)2024-10-10T10:01:12+07:00Nurul Hikmahikman137@gmail.comMuhammad Yusufyusuf.sukarta@gmail.comMifta Kaherati IkhsanMiftakhaerati@gmail.com<p>Sumber daya alam Indonesia memiliki manfaat yang sangat besar dan beragam, salah satunya adalah bermanfaat terhadap pembuatan bahan baku kosmetik untuk kecantikan. Ada berbagai macam produk kecantikan yang telah dihasilkan dari bahan alam salah satunya adalah Tisu basah yang berfungsi sebagai antibakteri serta dapat melembabkan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak bonggol nanas (<em>Ananas comosus</em> L.) menjadi sediaan Tisu Basah, mengetahui stabilitas mutu fisik serta mengetahui daya terima sediaan Tisu Basah melalui uji hedonik. Sediaan Tisu Basah dibuat 4 formulasi dengan memvariasikan konsentrasi ekstrak sebanyak 3%, 4%, 5% serta tanpa ekstrak selanjutnya dilakukan pengujian seperti uji organoleptik, uji pH, uji homogenitas, uji kestabilan berat, uji antibakteri, uji iritasi kulit serta uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan sediaan Tisu Basah sebelum dan setelah Cycling test memiliki bau yang khas dengan warna putih gading dan tekstur yang berserat, pH 4,74-5,44, kestabilan berat 1,14%-2,70%, dapat menghambat bakteri <em>Staphylococcus aureus</em> pada konsentrasi 3%-5%, serta tidak mengiritasi kulit. Pada uji hedonik sebelum dan setelah Cycling test formula 2 memiliki daya terima yang baik. Ekstrak bonggol Nanas dapat diformulasikan menjadi sediaan Tisu Basah yang stabil secara fisik dan kimia serta memberikan efek antibakteri dan tidak mengiritasi kulit hewan uji.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/583Pengaruh Ekstrak Etanol 96 % Daun Asam Jawa terhadap Kadar Katalase Darah Mencit yang Dipapar Asap Rokok2024-10-10T10:03:49+07:00Gusti Ayu Rai Saputrigustifarmasi@gmail.comRestika Ananda Putrirestikaaaananda@gmail.comDessy Hermawanhermawan.dessy@gmail.com<p>Asap rokok mengandung bahan kimia toksik yang berperan sebagai pemicu pembentukan radikal bebas dan berujung pada keadaan stress oksidatif yang ditandai dengan penurunan kadar katalase darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 96% daun Asam Jawa (<em>Tamarindus indica</em> L.) dengan variasi dosis 150, 200, dan 250 mg/25 gBB terhadap kadar katalase darah mencit yang dipapar asap rokok. Metode penelitian ini yaitu eksperimental dengan pendekatan Pre and post control group design. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu K 1 (hanya diberi pakan dan minum), K 2 perlakuan negatif (diberi paparan asap rokok dan CMC-Na 0,5%), K 3 perlakuan positif (diberi paparan asap rokok dan Vitamin E), K 4, K 5, dan K 6 diberi paparan asap rokok dan ekstrak daun Asam Jawa dosis 150, 200, dan 250 mg/25 gBB. Pengukuran aktivitas katalase dilakukan secara Spektrofotometri pada panjang gelombang 280 nm. Hasil penelitian menunjukan rerata kadar katalase darah pada K 1, K 2, K 3, K 4, K 5 dan K 6 secara berurutan adalah 0,158 U/mg, 0,029 U/mg, 0,220 U/mg, 0,184 U/mg, 0,272 U/mg dan 0,303 U/mg dengan uji One-Way ANOVA didapatkan nilai p=0,001 (p<0.05). Uji post hoc Duncan memiliki perbedaan tingkat signifikansi pada kelompok yang berbeda masing-masing kosentrasi. Semakin besar kosentrasi yang ditambahkan semakin signifikan dampaknya terhadap kadar katalase darah yang dipapar asap rokok.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/590Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri dari Bakteri Endofit Daun Matoa (Pometia pinnata J.R. & G. Forst.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli2024-10-24T08:18:55+07:00Nurul Azmi Ruslinurulazmirusli25@gmail.comSri Wahyuningsihnurulazmirusli25@gmail.comIrwan Irwannurulazmirusli25@gmail.comNurfiddin Faridnurulazmirusli25@gmail.com<p>Daun matoa mengandung metabolit sekunder yang memberikan aktivitas antibakteri terhadap <em>Staphylococcus aureus</em> dan <em>Escherichia coli</em>. Tanaman tingkat tinggi mengandung bakteri endofit yang mampu menghasilkan metabolit sekunder yang sama dengan tanaman inangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat bakteri endofit dari Daun Matoa (<em>Pometia pinnata</em> J.R. & G. Forst.) dan aktivitas antibakteri terhadap <em>Staphylococcus aureus</em> dan <em>Escherichia coli</em> serta jenis isolat bakteri endofit tersebut. Metode penelitian merupakan eksperimental laboratorium, isolasi bakteri endofit Daun Matoa dilakukan dengan metode penanaman langsung. Isolat yang dihasilkan diuji aktivitas antibakterinya terhadap <em>Staphylococcus </em><em>aureus</em> dan <em>Escherichia coli</em> menggunakan metode difusi agar dengan <em>paper disk</em>. Identifikasi bakteri endofit dilakukan secara makroskopik, mikroskopik, media selektif dan uji biokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Daun Matoa menghasilkan 4 isolat bakteri endofit yaitu BE 1, BE 2, BE 3, dan BE 4. Keempat isolat bakteri endofit memiliki aktivitas antibakteri terhadap <em>Staphylococcus aureus </em>dan <em>Escherichia coli.</em> Dimana rata-rata diameter zona hambat terhadap <em>Staphylococcus aureus</em> pada isolat BE 1, BE 2, BE 3 dan BE 4 berturut-turut yaitu 23,6 mm, 25,3 mm, 28,3 mm dan 30,3 mm yang termasuk dalam kategori sangat kuat. Sedangkan terhadap <em>Escherichia coli</em> pada isolat BE 1, BE 2, BE 3, dan BE 4 berturut-turut sebesar 19,6 mm, 20 mm, 23 mm dan 24,6 mm yang masuk kedalam kategori kuat hingga sangat kuat. Jadi, Daun Matoa mengandung bakteri endofit yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap <em>Staphylococcus aureus</em> dan <em>Escherichia coli</em>. Isolat BE 1 merupakan <em>Escherichia sp</em>., BE 2 yaitu <em>Staphylococcus sp</em>., sedangkan BE 3 dan BE 4 merupakan <em>Pseudomonas sp</em>.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/617Cost Effectiveness Analysis of Antibiotics in Appendicitis Surgery Patients at Kediri City Hospital2024-11-11T20:44:25+07:00Anggi Restyanaanggirestyana@strada.ac.idWika Admajaanggirestyana@strada.ac.idAdi Wibisonoanggirestyana@strada.ac.id<p>Pre and post-appendicitis guideline therapy include broad-spectrum antibiotics before surgery, appendectomy (laparoscopic or open), and follow-up antibiotics post-surgery in complicated cases of appendicitis. The incidence of appendicitis is estimated to be around 100 cases per 100,000 people per year, with a consistent incidence rate in Western countries and an increasing trend in developing regions. In Indonesia, there are 24.9 cases of acute appendicitis per 10,000 people. The use of antibiotics in appendicitis surgery has been widely used. In most studies, it is known that the most widely used types of prophylactic antibiotics are second or third generation cephalosporins or a combination of metronidazole, either given as a single dose, two or three doses. However, there has been no research on direct comparisons between antibiotics. Most studies have not found significant differences in the incidence of SSI. In Indonesia, health financing uses the National Health Insurance system which requires cost-effective therapy. This study aims to determine the cost-effectiveness between the use of cefoperazone-metronidazole and ceftriaxone. The perspective in this study uses the perspective of health care facilities. Costs are observed in two classes of care and effectiveness is measured through the incidence of Surgical Wound Infection. The results of cefoperazone-metronidazole antibiotic therapy compared to ceftriaxone in insurance patients obtained an ICER value of Rp 94,380.68,-. So the use of cefoperazone-metronidazole antibiotics will incur additional costs of Rp 94,380.68,- per increase in therapy outcomes. While in the analysis of the cost-effectiveness of cefoperazone-metronidazole antibiotic therapy compared to ceftriaxone in non-insured patients, the average cost was lower with higher effectiveness with cefoperazone-metronidazole antibiotic therapy than using therapy with ceftriaxone antibiotics. Thus, cefoperazone-metronidazole antibiotics can be considered as the main choice in non-insured patient therapy. In this study, no relationship was found between demographic factors, type of appendicitis and class of care on the incidence of surgical wound infections.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/629Isolasi dan Identifikasi Bakteri Endofit Penghasil Antimikroba Asal Daun Mangrove Rhizopora apiculata Asal Kota Palopo2024-10-04T21:17:14+07:00Rahmawati Nur Annisarahmawati_nurannisa@umpalopo.ac.idFajria Sari Sakariafajriasarisakaria@umpalopo.ac.idAnugrah Umaranugrahumar87@gmail.comNurul Fahmi Ibrahimrahmawati_nurannisa@umpalopo.ac.idMuh. Alif Rahmatrahmawati_nurannisa@umpalopo.ac.id<p>Mangrove adalah ekosistem yang kaya akan senyawa bioaktif dan merupakan ekostem bagi komunitas mikroorganisme penghasil antimikroba<em>.</em> Salah satu tumbuhan mangrove ang menjadi tempat hidup bagi bakteri endofit yaitu <em>Rhizopora apiculata</em>. Penelitian ini bertujuan pada pencarian dan identifikasi bakteri endofit asal daun mangrove R. <em>apiculata </em>yang dapat dijadikan sebagai sumber antimikroba. Isolasi bakteri endofit dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran hingga 10<sup>-5</sup> lalu ditanam di media NA. Identifikasi bakteri endofit mengacu pada karakteristik makroskopis, mikroskopis, dan profil biokimia yang sesuai dengan panduan identifikasi <em>Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology</em>. Aktivitas antimikroba diuji menggunakan metode difusi cakram. Tiga isolat bakteri endofit, yakni RaWT1, RaWT2, dan RaWT3, berhasil diisolasi dari daun mangrove R. <em>apiculata</em> asal kec. Wara Timur Kota Palopo dan telah berhasil diidentifikasi sebagai genera <em>Bacillus</em> spp., <em>Pseudomonas</em> spp., dan <em>Staphylococcus</em> spp.. Hasil uji menunjukkan bahwa ketiga isolat bakteri memiliki spektrum aktivitas antimikroba yang berbeda. Isolat RaWT1 memiliki aktivitas yang kuat hanya terhadap E. <em>coli</em> ATCC-25922 dengan besar zona hambat 11.12 mm, sementara isolat RaWT2 dan RaWT3 lebih aktif terhadap S. <em>aureus</em> dengan diameter zona hambat berturut-turut yaitu 10.08 mm dan 10.83 mm yang tergolong dalam spektrum moderat.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/630Analisis Kandungan Vitamin C dan Antioksidan dalam Sediaan Masker Gel Peel Off Ekstrak Kulit Pisang Ambon dan Pisang Kepok2024-11-20T09:43:28+07:00Nofita Nofitanofita@malahayati.ac.idSalma Gustia Putrisalmagustia07@gmail.comShela Syafitrinofita@malahayati.ac.idTutik Tutiknofita@malahayati.ac.idPutri Amalianofita@malahayati.ac.id<p>Kulit buah pisang mempunyai kandungan gizi yang cukup lengkap salah satunya vitamin C dan antioksidan, kulit pisang dapat dijadikan sediaan kosmetik yaitu masker gel <em>peel-off. </em>Masker gel <em>peel off</em> merupakan salah satu kosmetik yang banyak digunakan untuk memberikan perawatan wajah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan vitamin C pada ekstrak kulit pisang ambon dan pisang kepok, mengetahui kandungan vitamin C dan antioksidan dalam sediaan masker gel <em>peel off</em> ekstrak kulit pisang ambon dan pisang kepok. Uji skrining fitokimia ekstrak kulit pisang ambon dan pisang kepok didapatkan hasil positif mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, fenolik, dan sponin. Uji kualitatif ekstrak kulit pisang dilakukan dengan menambahkan NaOH 10% dan FeSO<sub>4</sub> 5% menghasilkan uji positif dengan hasil uji berwarna kuning.Uji kuantitatif atau penentuan kadar vitamin C pada ekstrak kulit pisang dan sediaan masker gel <em>peel off</em> dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil menunjukkan kadar vitamin C pada ekstrak kulit pisang ambon 23,785 mg AAE/g, pisang kepok 36,399 mg AAE/g. Kadar vitamin C pada sediaan masker gel <em>peel off</em> F1 193,285 mg AAE/g; F2 221,613 mg AAE/g; F3 251,756 mg AAE/g; F4 208,110 mg AAE/g; F5 280,439 mg AAE/g dan F6 323,391 mg AAE/g. Uji antioksidan metode penelitian Spektrofometri UV-Vis dengan menggunakan DPPH didapatkan hasil yaitu kulit pisang kepok formulasi 5% memiliki <em>IC</em><sub>50 </sub>lebih tinggi dibandingkan masker dari kulit pisang ambon formulasi 5%. Analisis data menggunakan metode kruskal wallis nilai sig sebesar 0,005 (sig 0,05), dilajutkan dengan uji post hoc Mann Whitney perbandingan antar kelompok asym.sig 0,05 artinya terdapat perbedaan dalam setiap kelompok formulasi.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/649Aktivitas Peningkatan Fagositosis Sel Makrofag oleh Ekstrak Etanol Buah Etlingera rubroloba A.D. Poulsen Pada Mencit Yang Distimulasi Antigen Mtb2024-10-04T21:06:42+07:00Esti Badiailyasyusufmuhammad.apt@gmail.comSri Samrina Yuliantiilyasyusufmuhammad.apt@gmail.comNirwati Rusliilyasyusufmuhammad.apt@gmail.comAsriullah Jabbarilyasyusufmuhammad.apt@gmail.comMuhammad Hajrul Malakailyasyusufmuhammad.apt@gmail.comIdin Sahidinilyasyusufmuhammad.apt@gmail.comMuhammad Ilyas Y.ilyasyusufmuhammad.apt@gmail.com<p>Peningkatan aktivitas fagositosis sel makrofag sangat dibutuhkan oleh penderita penyakit tubekulosis (TB) untuk melawan invasi patogenitas dari bakteri <em>Mycobacterium tuberculosis</em> (Mtb) dan mengatasi keparahan infeksi sehingga pengobatan akan lebih optimal. Pengoptimalan fagositosis sel makrofag dengan pemberian imunostimulator dari tumbuhan seperti buah <em>Etingera rubroloba</em> A.D Poulsen penting diungkap. Buah diyakini sebagai imunostimulator berdasarkan penggunaan empiris oleh masyarakat Sulawesi Tenggara untuk memelihara daya tahan tubuhnya serta menyembuhkan penyakit infeksi demam typhoid, dan secara ilmiah terbukti sebagai imunomodulator, antiinflamasi dan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan aktivitas buah <em>E. rubroloba</em> meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag pada penyakit TB. Jenis penelitian ini eksperimental menggunakan 30 ekor mencit jantan yang terdiri dari kelompok normal (tanpa infeksi Mtb), kelompok negatif (Na.CMC 0.5% + infeksi Mtb), kelompok positif (ekstrak meniran komersial + infeksi Mtb), kelompok ekstrak dosis 200 mg/kg BB + infeksi Mtb, kelompok ekstrak dosis 300 mg/kg BB + infeksi Mtb, kelompok ekstrak dosis 400 mg/kg BB + infeksi Mtb. Hewan uji diberikan perlakuan selama 7 hari dan pada hari ke-8 diinfeksi antigen Mtb (Esat-6) secara intra perintonium. Peningkatan fagositosis sel makrofag dihitung dengan mikroskop, selanjutnya data yang diperoleh dianalisis statistik one way ANOVA dan uji post hoc tukey. Hasil penelitian menunjukan ekstrak etanol buah <em>E.rubroloba</em> terbukti meningkatkan aktivitas fagositosis sel makrofag pada mencit distimulasi Mtb yang berbeda signifikan dengan kontrol negatif (P<0.05). Penelitian ini berhasil mengungkap informasi ilmiah baru dari tumbuhan <em>E.rubroloba</em> sebagai imunostimulator pada infeksi TB, sehingga berpotensi dikembangkan sebagai agen imunostimulator baru pada penyakit TB.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/656Gambaran Nilai Utilitas Kesehatan Anak dengan Malnutrisi : Studi pada Kasus Stunting, Wasting, dan Underweight di Indonesia2024-11-11T11:44:24+07:00Muh. Akbar Baharakbarbahar@unhas.ac.idGitha Fungie Galistianigithafungie@gmail.comUzma Eliyantiuzmaeliyanti4@gmail.comAbdul Rafik Mohiabdulrafikmmohi@gmail.com<p>Kondisi malnutrisi seperti <em>stunting, wasting</em>, dan <em>underweight</em> tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kualitas hidup anak secara keseluruhan, termasuk perkembangan kognitif, sosial, dan emosional. Namun, data mengenai nilai utilitas kesehatan anak dengan malnutrisi di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai nilai utilitas kesehatan pada anak-anak di Indonesia yang mengalami <em>stunting, wasting</em>, dan <em>underweight </em>yang dibandingkan dengan anak sehat. Desain penelitian adalah <em>cross sectional</em> yang dilakukan di Kota Makassar dan Kabupaten Banyumas dari bulan Juli 2024 hingga Agustus 2024 pada anak usia > 2 hingga 5 tahun dengan atau tanpa malnutrisi (<em>stunting, wasting</em> atau <em>underweight</em>). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner EQ-5D-5L yang diisi melalui wawancara langsung (<em>face-to-face interview</em>) ke orang tua atau wali dari anak. Hasil pengukuran kuesioner EQ5D-5L dikonversi menjadi nilai utilitas menggunakan value-set EQ5D-5L untuk populasi Indonesia. Data dari 174 anak balita berhasil dikumpulkan dan dibagi menjadi empat kelompok: anak sehat (n=36), <em>stunting</em> (n=55), <em>wasting </em>(n=30), dan <em>underweight</em> (n=53). Hasil analisis menunjukkan bahwa anak balita sehat memiliki nilai utilitas yang signifikan lebih tinggi (0,85 ± 0,11) dibandingkan dengan anak <em>stunting</em> (0,76 ± 0,13), <em>underweight</em> (0,74 ± 0,18), dan <em>wasting</em> (0,72 ± 0,17), dengan nilai p = 0,003. Namun, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok anak dengan gangguan gizi (p > 0,05). Anak balita dengan malnutrisi cenderung memiliki nilai utilitas kesehatan yang lebih rendah dibandingkan anak sehat. Namun, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai utilitas kesehatan antar kelompok anak yang mengalami malnutrisi.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/658Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) terhadap Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Candida albicans2024-11-11T20:39:24+07:00Dian Rahmaniar Trisnaputridianrahmaniarputri@gmail.comMuhammad Isrulisrulfar@gmail.comNeli Hazannelihzan@gmail.comWa Ode Ida Fitriahwaodeidafitriah1395@gmail.comFirhani Anggriani Syafriefirhani.riani@gmail.comFitriani W. AlaniFitrianiw.alani@gmail.com<p>Antimikroba adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan memiliki kemampuan menghambat aktivitas mikroorganisme lain, meskipun dalam jumlah kecil. Salah satu tanaman yang dapat berpotensi sebagai antimikroba adalah rimpang temu hitam (<em>Curcuma aeruginosa</em> Roxb.). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas antimikroba ekstrak etanol rimpang temu hitam terhadap <em>Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli</em>, dan <em>Candida albicans</em>. Penelitian ini merupakan penelitian analitik laboratorium yang menggunakan metode ekstraksi maserasi dengan pelarut etanol 96%. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan reagen pendeteksi dan pengujian aktivitas antimikroba dengan metode sumuran. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik One Way Anova. Ekstrak etanol rimpang temu hitam mengandung metabolit senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol rimpang temu hitam (<em>Curcuma aeruginosa </em>Roxb<em>.</em>) dengan konsentrasi 15%, 20% dan 25% memiliki aktivitas terhadap <em>Staphylococcus epidermidis</em> dan <em>Escherichia coli</em> dengan rata-rata zona hambat pada <em>Staphylococcus epidermidis </em>konsentrasi 15% sebesar 15,87 mm, 20% sebesar 16,33 mm dan 25% sebesar 18,6 mm yang tergolong daya hambat kuat. Sedangkan pada <em>Escherichia coli</em> konsentrasi 15% sebesar 13,3 mm, 20% sebesar 13,73 mm dan 25% sebesar 14,06 mm yang tergolong daya hambat kuat, dan tidak memiliki aktivitas terhadap <em>Candida albicans</em>. Konsentrasi yang memiliki aktivitas paling baik terhadap bakteri <em>Staphylococcus epidermidis</em> dan <em>Escherichia coli</em> adalah konsentrasi 25%. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan melakukan uji aktivitas antimikroba yang berbeda.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/664Formulasi Sabun Herbal Transparan dari Ekstrak Terpurifikasi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) untuk Mengatasi Bakteri Penyebab Bau Badan2024-11-11T20:30:52+07:00Tessa Ayuni Hasantessaayuni@gmail.comClaudius Hendraman B. Tobihendriantoby@gmail.comMustika Endah Pratiwieenpratiwi112@gmail.com<p>Salah satu aspek kebersihan diri yang harus diperhatikan adalah bau badan. Bau badan berasal dari kombinasi antara keringat dan bakteri di bagian-bagian tertentu pada tubuh. Salah satu cara untuk menghilangkan bau badan yaitu dengan membersihkan diri menggunakan sabun. Formulasi sabun untuk mengatasi bau badan dapat menggunakan ekstrak dari tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri, salah satunya daun beluntas (<em>Pluchea indica </em>L.). Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak terpurifikasi daun beluntas ke dalam sediaan sabun herbal transparan sebagai sabun antibakteri. Penelitian ini dimulai dari ekstraksi dan purifikasi daun beluntas, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sabun herbal transparan menggunakan ekstrak terpurifikasi daun beluntas dengan konsentrasi 0.312% (FI), 0.625% (FII) dan 1.25% (FIII), pengujian mutu fisik sabun herbal transparan ekstrak terpurifikasi daun beluntas dengan parameter pH, stabilitas busa, kadar air dan kekerasan sabun serta pengujian aktivitas antibakteri sabun herbal transparan menggunakan metode dilusi padat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak terpurifikasi daun beluntas dapat diformulasikan ke dalam sabun herbal transparan dan memiliki mutu fisik yang memenuhi standar sabun padat. Ketiga formula sabun herbal transparan ekstrak terpurfikasi daun beluntas memiliki aktivitas antibakteri terhadap <em>Staphylococcus aureus </em>dan <em>Pseudomonas aeruginosa. </em>Sabun herbal transparan ekstrak terpurifikasi daun beluntas berpotensi menjadi sabun herbal untuk mencegah dan mengatasi bau badan.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/665Uji Antiinflamasi Daun Maja (Aegle marmelos L.) Menggunakan Metode Penghambatan Denaturasi Protein2024-11-11T11:54:09+07:00Rachma Malinarachmamalina@uho.ac.idYamin Yaminyamintaeri@uho.ac.idIrvan Anwarirvananwar@uho.ac.idSitti Raodah Nurul Jannahsittiraodah@uho.ac.idNurramadhani A. Sidaapt.nurramadhani08@uho.ac.idAfifatun Nafiahafifatunnafiah@gmail.com<p>Tubuh merespon cedera atau kerusakan jaringan dengan inflamasi, yang menyebabkan berbagai sensasi seperti rasa sakit, kemerahan, pembengkakan, panas, dan penurunan fungsi di daerah yang terluka. Daun maja (<em>Aegle marmelos</em> L.) secara empiris telah digunakan sebagai obat radang. Diketahui daun maja memiliki kemampuan antioksidan yang sangat kuat sehingga berpotensi sebagai antiinflamasi yang kuat. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi potensi antiinflamasi serta menentukan kadar total fenolik dan flavonoid daun maja. Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan menggunakan metode penghambatan denaturasi protein, dengan mengukur persentase penghambatan denaturasi albumin serum pada konsentrasi tertentu. Analisis kadar fenolik total dilakukan menggunakan metode <em>Folin-Ciocalteu</em>, dengan asam galat sebagai standar, sementara kadar flavonoid total dianalisis menggunakan metode kompleksasi aluminium, menggunakan kuersetin sebagai standar. Pengukuran dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang tertentu. Hasil skrining fitokimia daun maja mengandung alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan terpenoid. Kadar fenolik dan flavonoid total tertinggi berturut-turut yaitu fraksi etil asetat sebanyak 374.17 mgEAG/g dan 394.07 mgEK/g sampel. Hasil uji aktivitas antiinflamasi menggunakan metode penghambatan denaturasi protein <em>Bovin Serum Albumin</em> (BSA) diperoleh nilai IC<sub>50</sub> pada ekstrak metanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, dan fraksi air berturut-turut adalah 32.088 µg/mL, 18.361 µg/mL, 14.243 µg/mL, dan 38.894 µg/mL. Pengujian antiinflamasi menemukan bahwa fraksi etil asetat memiliki nilai IC<sub>50</sub> tertinggi yang menunjukkan bahwa fraksi etil asetat daun <em>Aegle marmelos </em>L. memiliki potensi aktivitas antiinflamasi yang baik dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi lainnya. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa daun <em>Aegle marmelos </em>L. memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/642Formulasi dan Uji Toksisitas Sirup Ekstrak Daun Sawo (Manilkara zapota L.) terhadap Infeksi Bakteri Penyebab Diare2024-11-29T08:05:36+07:00Syachriyani SyachriyanisariSyach01@gmail.comFirmansyah FirmansyahsariSyach01@gmail.comTaufiq DuppasariSyach01@gmail.com<p>Upaya penanganan diare menggunakan daun Sawo diperlukan sediaan yang mudah dikonsumsi khususnya pasien yang kesulitan menelan obat seperti tablet karena meninggalkan rasa pahit ditenggorokan, sehingga peneliti menghadirkan suatu alternatif sediaan sirup memiliki rasa manis, beraroma sedap dan memiliki warna menarik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sirup ekstrak daun Sawo memiliki aktivitas terhadap bakteri penyebab diare dan dilakukan uji toksisitas subakut, subkronis untuk mengetahui keamanannya. Metode penelitian ini dilakukan dengan formulasi sirup ekstrak daun Sawo, uji stabilitas sediaan dengan metode <em>Cycling test</em>, dan uji aktivitas antibakteri metode difusi cakram. Selanjutnya dilakukan uji toksisitas subakut metode OECD, uji subkronik dengan parameter kadar Kreatinin dan <em>Blood urea nitrogen</em> (BUN). Hasil penelitian aktivitas antibakteri terhadap <em>Escherichia coli</em> menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan semua kelompok perlakuan dimana ? = 0,000 < 0,05, kelompok perlakuan sirup ekstrak daun Sawo 5 % berbeda sangat signifikan dengan kelompok perlakuan sirup ekstrak daun Sawo 10 % dan sirup ekstrak daun Sawo 15 % dimana ? = 0,000 < 0,05. Kemudian aktivitas antibakteri pada <em>Staphylococcus aureus</em> tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan sirup ekstrak daun Sawo 5 % dengan kelompok kontrol positif dimana ? > 0,05. Berdasarkan hasil pengamatan uji toksistas terhadap uji subakut dan uji subkronis menunjukkan bahwa tidak adanya indikasi toksisitas bahan uji terhadap hewan uji tikus. Kesimpulan yaitu sirup ekstrak daun Sawo memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab diare dan tidak toksik.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/672Penetrasi Sediaan Gel Transfersom Natrium Diklofenak pada Kulit Tikus Wistar Menggunakan Metode Sel Difusi Franz2024-11-20T10:03:27+07:00Sitti Raodah Nurul Jannahsittiraodah@uho.ac.idWa Ode Sitti Zubaydahwoszubaydah@uho.ac.idLoly Subhiaty Idruslolysubhiaty@uho.ac.idRachma Malinarachmamalina@uho.ac.idMuh. Rabil Jantani Jayarabiljantani123@gmail.com<p>Natrium diklofenak, sebagai obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) termasuk dalam <em>Biopharmaceutics Classification System</em> (BCS) kelas II dengan sifat kelarutan rendah sehingga memiliki masalah bioavailabilitas rendah dan juga memberikan efek samping gastrointestinal ketika diberikan secara oral. Sediaan transdermal berbasis transfersom dapat menjadi solusi untuk meningkatkan penetrasi dan mengurangi efek samping tersebut. Transfersom adalah vesikel yang memiliki kemampuan deformasi tinggi, memungkinkan natrium diklofenak melewati penghalang kulit, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efikasi terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penetrasi gel transdermal berbasis <em>Hydroxypropyl methylcellulose</em> (HPMC) yang mengandung transfersom natrium diklofenak, menggunakan metode sel difusi Franz. Transfersom natrium diklofenak diformulasikan menggunakan fosfatidilkolin dan natrium deoksilat hasil penelitian sebelumnya. Kemudian transfersom dimasukkan ke dalam basis gel HPMC dengan tiga variasi konsentrasi. Penelitian ini menggunakan uji penetrasi in vitro pada kulit tikus Wistar yang dianalisis dengan metode sel difusi Franz untuk mengukur jumlah kumulatif zat yang terpenetrasi. Hasil uji penetrasi menunjukkan bahwa formula dengan HPMC 4% memiliki jumlah kumulatif zat aktif tertinggi yang terpenetrasi (113,35 ?g/cm²) dibandingkan formula lainnya. Selain itu, formula ini juga menunjukkan fluks tertinggi (57,38 ?g/cm²/menit), menunjukkan kemampuan penetrasi yang lebih baik. Gel transdermal transfersom natrium diklofenak berbasis HPMC menunjukkan karakteristik fisik yang baik dan mampu meningkatkan penetrasi natrium diklofenak secara efektif, dengan formula HPMC 4% menunjukkan hasil yang optimal. Penelitian ini mendukung potensi sediaan transdermal sebagai alternatif terapi yang lebih aman dan efektif.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/513Toxicity Test of Fixed Dose Method on Ethanol Extract of Ramania Leaves (Bouea macrophylla Griffith.) from South Kalimantan 2024-11-29T08:02:25+07:00Saftia Aryzkisaftia.aryzki@unism.ac.idEirene E. M. Gaghaunasaftia.aryzki@unism.ac.idCitra Agustiani Kusumasaftia.aryzki@unism.ac.id<p>Acute oral toxicity is a side effect that occurs in a short time through single oral administration or repeated doses within 24 hours and can occur in any organ of the body, one of which is the liver. Ramania (Bouea macrophylla Griffith.) is a herbal plant that has antioxidant properties and inhibits free radicals. The animals used in this study were female white rats of the Wistar strain. Acute toxicity tests were carried out orally with a fixed dose method on 4 groups of animals with dose groups of 50 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, 2000 mg/kgBW and 5000 mg/kgBW. Each group consisted of 5 test animals. Observations were made on LD50, clinical conditions, body weight and pathological conditions of the test animals. Observations were made for 24 hours then continued until the 14 days. The results of this study were that there was no death of animals in all groups of test animals during the observation, namely the test animals did not experience diarrhea, aggressiveness, changes in breathing and significant changes in motor activity. In clinical conditions, hair loss occurred in the test animals. Based on the body weight of the test animals from 4 observation groups, a sig value of > 0.05 was obtained, meaning that there was no significant change in the body weight of the test group. From the results obtained by the BB group before treatment and the BB group on the 7th day with values of 0.921 and 0.314, there was no significant change in the body weight of the test group. However, in the BB group 14 with a value of 0.031 there was a significant difference in the body weight of the test group. Based on the toxicity test guidelines from BPOM RI, it can be concluded that it has an LD50 > 5000 mg/kg BB with a classification of non-toxic to animals and the administration of high doses of Ramania leaf ethanol extract (Bouea marcrophylla Griffith) orally to Wistar strain rats causes gastric ulcers.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/674Inovasi Sediaan Lip Balm Kulit Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) dengan Beragam Konsentrasi 2024-11-21T08:34:45+07:00Dwi Larasatidwilarasati.apt@gmail.comArviani Arvianiarviani@ung.ac.idSiti Fatimaharviani@ung.ac.idEdhita Putri Daryantiarviani@ung.ac.id<p>Lip balm merupakan sediaan kosmetik yang berfungsi melindungi bibir dari kekeringan dan pecah-pecah akibat faktor lingkungan. Limbah kulit buah naga merah (<em>Hylocereus polyrhizus</em>) masih kurang dikenal manfaatnya, padahal mengandung vitamin A, C, dan E, serta senyawa antioksidan alami yang dapat membantu memperbaiki sel-sel kulit yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi formulasi kulit buah naga merah dalam sediaan lip balm dengan konsentrasi yang memenuhi standar. Metode penelitian menggunakan eksperimental dengan analisis deskriptif. Ekstraksi kulit buah naga merah dengan maserasi menggunakan etanol 96%. Ekstrak tersebut diformulasikan dalam variasi konsentrasi 10%, 20%, dan 30% untuk menghasilkan lip balm. Evaluasi sifat fisik dilakukan untuk memastikan sediaan memenuhi standar lip balm yang baik, dengan parameter uji pH, organoleptis, homogenitas, daya oles, daya lebur, dan uji iritasi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa ekstrak kulit buah naga merah pada variasi konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dapat diformulasikan menjadi lip balm dengan penampilan fisik, homogenitas, nilai pH, titik leleh, dan daya oles yang baik. Selain itu, produk tersebut tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Variasi konsentrasi ekstrak memengaruhi warna dan tekstur produk, di mana konsentrasi lebih tinggi memberikan warna lebih pekat dan meningkatkan titik lebur. Kulit buah naga merah yang telah diekstraksi dengan pelarut etanol berpotensi menjadi bahan alami untuk formulasi lip balm yang bermanfaat bagi kesehatan bibir.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/646Uji Efektivitas Penyembuhan Luka Film Forming Gel Gentamisin pada Model Tikus Diabetes2024-11-29T08:11:54+07:00Tuti Handayani Zainaltutihandayanizainal@gmail.comMichrun Nisamnmichrunnisa84@gmail.comNurul Hikmanurulhikma@gmail.comAstrid Astridtutihandayanizainal@gmail.comAndi Ardiansyah Arifintutihandayanizainal@gmail.com<p>Gentamisin paling banyak digunakan sebagai terapi infeksi pada ulkus diabetikum yaitu kelainan neurologi dan penyakit pembuluh darah arteri perifer yang merusak jaringan kulit terdalam dan menyebabkan infeksi, ulserasi, dan kerusakan kulit. Film<em> Forming g</em>el gentamisin memiliki keunggulan memiliki efek terapeutik, secara estetis lebih menarik bagi pasien, karakteristik yang tidak lengket, lebih oklusif dan dapat dirancang untuk menyediakan pelepasan obat yang berkelanjutan sehingga frekuensi penggunaan seminimal mungkin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan kadar gentamisin yang terjerap dalam polimer dan efektifitas penyembuhan luka diabetikum pada model tikus. Tikus dibuat diabetes dengan induksi aloksan kemudian dibuat luka pada bagian punggung. Hewan uji dibagi dalam tujuh kelompok dan mendapatkan perlakuan basis film forming gel, salep gentamisin, film forming gel gentamisin dengan variasi polimer PVP dan PVA F1 (4: 10), F2 (3:11) dan F3 (2:12). Pengukuran kadar film forming gel menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan efektifitas penyembuhan luka dilakukan dengan mengukur panjang luka dan lama penymbuhan. Hasil menunjukkan bahwa kandungan kadar film <em>forming</em> gel gentamisin pada F1 1,19 µg/mL, F2 1,80 µg/mL dan F3 1,44 µg/mL, efektifitas penyembuhan luka pada F 1 sembuh pada hari H-5, F2 H-6, F3 H-7 dan salep gentamisin H-10. Kesimpulan bahwa formula yang paling efektif terhadap luka diabetikus adalah F3 dengan konsentrasi PVP 2% dan PVA 12%.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/699Evaluasi Aktivitas Antifungi Hidrogel Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Candida albicans Pada Mencit (Mus musculus)2024-12-08T20:44:44+07:00Andi Muh. Rayhan Anugrahrayhananugrah77@gmail.comAuxilia Mathilda Fernandezmathildaauxilia@gmail.comCitra Annisa Dini Rusman Saputricitrarusman@gmail.comSeni Lestarilestariseni4@gmail.comLa Ode Muhammad Fitrawanlaodefitrawan@uho.ac.id<p>Kandidiasis kulit merupakan infeksi superfisial yang disebabkan karena jamur <em>Candida albicans.</em> Dalam kondisi penurunan daya tahan tubuh, jamur ini bersifat patogen yang dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi serius. Peningkatan resistensi antijamur konvensional menekankan pentingnya menemukan terapi alternatif. Pengobatan dengan bahan dasar daun salam (<em>Syzigium polyanthum</em>) yang memiliki sifat antijamur dapat mencegah terhadap infeksi ini. Daun salam dikembangkan dalam bentuk hidrogel untuk meningkatkan pelepasan obat secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas antijamur hidrogel ekstrak daun salam pada mencit yang diinduksi <em>C. albicans</em>. Ekstrak etanol daun salam yang diperoleh dengan maserasi diformulasi menjadi hidrogel dan kemudian dievaluasi. Mencit dikelompokan menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kontrol normal, kontrol negatif (basis hidrogel), kontrol positif (klotrimazol 1%), dan 3 klompok perlakuan (hidrogel dengan konsentrasi ekstrak etanol daun salam 1%, 2,5% dan 5%. Masing-masing mencit diinduksi dengan suspensi <em>C. albicans</em> dengan kekeruhan <em>Mc. Farland</em> 0,5. Hasil yang diperoleh, hidrogel ekstrak daun salam memiliki karakterisitik yang memenuhi persyaratan. Hidrogel esktrak daun salam 5% dapat mempercepat penyembuhan luka dan meminimalkan tanda-tanda inflamasi baik secara makroskopik dan mikroskopik. Sediaan hidrogel ini dapat menjadi pilihan pengobatan yang inovatif dan berbasis bahan alami, yang tidak hanya meningkatkan efektivitas terapi tetapi juga memberikan kenyamanan aplikasi bagi pasien.</p>2024-12-21T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/573Formulasi dan Evaluasi Sediaan Body Scrub Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) dan Sabut Kelapa (Cocos nucifera L.) sebagai Antioksidan2024-08-19T08:20:27+07:00Lailiana Garna Nurhidayatilailianagarna@gmail.comDesi Sri Rejekidesi.sri.rejeki@gmail.comSilvia Novi Nur Fauziahsilvianovi2002@gmail.com<p>Bunga telang merupakan tanaman yang mengandung senyawa fitokimia flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, terpenoid dan steroid. Sabut kelapa digunakan sebagai <em>scrub</em> karena memiliki tekstur kasar. Antioksidan adalah senyawa yang memiliki kemampuan untuk menangkap atau menetralisasi radikal bebas, sehingga dapat melindungi tubuh dari penyakit yang merusak secara perlahan seperti gangguan jantung, kanker, dan penyakit lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bunga telang dan sabut kelapa dapat diformulasikan dalam sediaan <em>body scrub </em>dan mengetahui aktivitas antioksidan pada sediaan. Metode penelitian ini adalah eksperimental. Ekstraksi bunga telang dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstrak bunga telang dibuat sediaan <em>body scrub </em>dengan konsentrasi 0%, 5%, 10% dan 15% sedangkan sabut kelapa dengan konsentrasi 0% pada F0 dan 6% pada F1, F2, F3, dan F4. Hasil penelitian menunjukkan sediaan yang berbentuk semi padat, beraroma vanilla, berwarna putih kekuningan pada F0, cokelat pada F1 & F2, cokelat kehijauan pada F3 dan hijau pada F4. Sediaan memenuhi syarat uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat. Tipe emulsi semua sediaan yaitu minyak dalam air (M/A). Hasil uji hedonik sediaan yang paling banyak disukai yaitu F2 pada parameter warna dan tekstur, F0 pada parameter aroma. Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada panjang gelombang 516,0 nm, dihasilkan ekstrak etanol bunga telang memiliki nilai IC<sub>50</sub> 34,400 ppm (sangat kuat), F1 132,245 ppm (sedang), F2 77,949 ppm, F3 67,101 ppm dan F4 58,810 ppm (kuat). Sediaan yang paling tinggi memiliki aktivitas antioksidan yaitu F4.</p>2024-12-24T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/628Aktivitas Fagositosis Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong dari Borobudur untuk Imunomodulator Pandemi COVID-192024-10-03T09:46:51+07:00Cut Dewi Bungacutdewibunga2@gmail.comPerdana Priya Haresmitaperdanapriyaharesmita@unimma.ac.idLuluc Rianawatilulucrianawati00@gmail.comNurkhayati Nurkhayatikhayatiatik018@gmail.comBilqis Rahil Azizahbilazah9@gmail.comElmiawati Latifahelmiawatilatifah@ummgl.ac.idAdi Hermawansyahhermawansyah.adi@umy.ac.id<p>Kawasan penghasil tanaman herbal ditemukan di daerah Borobudur, Jawa Tengah. Tanaman herbal dapat dimanfaatkan sebagai bahan fitofarmaka yang dapat diolah menjadi bahan dasar obat herbal. Berdasarkan data hingga minggu keempat bulan Juli 2023 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa terdapat 8.245 kasus Covid-19 yang aktif sampai saat ini. Banyak fenomena yang dilakukan oleh masyarakat selama pandemi Covid-19 salah satunya masyarakat Indonesia menggunakan tanaman herbal yang diolah menjadi jamu guna menambah imunitas tubuh pada pandemi Covid-19. Tanaman yang dapat dimanfaatkan adalah tanaman Binahong (<em>Anredera cordifolia</em>). Penelitian tersebut penting dilakukan karena dapat memberikan alternatif sebagai bahan baku obat imunomodulator dari bahan alam yaitu ekstrak etil asetat daun Binahong dari Borobudur. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui efek imunomodulator ekstrak etil asetat daun Binahong yang terdapat di daerah Borobudur, Jawa Tengah yang menggunakan metode maserasi dengan mengukur aktivitas fagositosis dan indeks fagositosis. Peneliti menggunakan 30 mencit yang terbagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok memiliki 5 mencit dengan perlakuan positif, perlakuan pelarut dan kelompok dosis 25mg/kgBB, 50mg/kgBB, 75mg/kgBB dan 100mg/kgBB. Uji ANOVA <em>One Way</em> digunakan untuk menganalisis data penelitian ini. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, aktivitas fagositosis sel makrofag pada parameter indeks fagositosi menunjukkan dosis efektif yang dapat memberikan efek imunomodulator adalah 100 mg/kgBB. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa ekstrak etil asetat daun binahong (<em>Anredera cordifolia</em>) dengan dosis 100mg/kgBB menunjukan aktivitas imunomodulator secara signifikan dan mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid.</p>2024-12-24T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/692Potensi Ekstrak Daun Kersen (Mutingia calabura L.) sebagai Sumber Antioksidan Alami Dalam Sediaan Eye Gel2024-11-14T09:16:36+07:00Salsabila Adlinasalsabilaadlina@unper.ac.idSonya Nurizki Vikandarisalsabilaadlina@unper.ac.idNurma Sari Fauziahnurmasfauziah@gmail.comSrie Rezeki Nur Endahsrierezki@unper.ac.id<p>Kulit bawah mata merupakan bagian paling rapuh dan lebih rentan terlihat tanda kelelahan dan penuaan akibat meningkatnya radikal bebas. Untuk mengurangi tanda penuaan dibagian bawah mata dapat diatasi dengan menggunakan kosmetik yang mengandung antioksidan. Tujuan penelitian yang dilakukan ialah untuk membuat sediaan dengan bentuk <em>eye</em> gel menggunakan ekstrak daun ceri dan mengevaluasi sifat antioksidannya. Pada sediaan gel mata, ekstrak daun kersen dibuat dengan kekuatan formula I (1%), formula II (3%), dan formula III (5%). Hasil pengujiaan menunjukkan sediaan <em>eye gel </em>ekstrak daun kersen memenuhi parameter uji evaluasi fisik. Nilai antioksidan menunjukkan bahwa formula I memiliki nilai IC50 sebesar 83,742 ppm, formula II 73,936 ppm, dan formula III sebesar 66,154 ppm termasuk kedalam kategori aktivitas antioksidan yang kuat.</p>2024-12-24T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/702Penentuan Profil Metabolit dan Uji Aktivitas Antioksidan Pada Fraksi Daun Sawo Duren (Chrysophyllum Cainito L.) 2024-12-13T18:11:05+07:00Fadillah Maryam Bau Agielfadillahmaryam0@gmail.comAbd. Halim Umarfadillahmaryam0@gmail.comMaria Ulfafadillahmaryam0@gmail.comSuwahyuni Musfadillahmaryam0@gmail.comImrawati Imrawatifadillahmaryam0@gmail.com<p>Sawo duren (<em>Chrysophyllum cainito </em>L.) merupakan tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan, diantaranya antiinflamasi, antidiabetes dan sebagai antioksidan. Daun sawo duren mengandung senyawa saponin, triterpenoid, flavonoid, fenolik, serta alkaloid dan steroid. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengalisis dan membandingkan profil metabolit fraksi n-Butanol daun sawo duren berdasarkan analisis FTIR. Proses ekstraksi daun sawo duren dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol kemudian difraksinasi menggunakan pelarut etanol, n-heksan dan n-butanol. tahapan selanjutnya fraksi n-butanol dipilih untuk analisis FTIR. Hasil dari analisis spektrum untuk sampel fraksi daun sawo duren memiliki O-H (Fenol), C-H (Alkana), C-O (Alkohol), C=O (Aldehida), C=C (Alkena) terdeteksi pada sampel. Berdasarkan hasil data FTIR menunjukkan adanya gugus fungsi O-H yang diprediksi merupakan senyawa fenol, saponin dan tanin; C-H alkana diprediksi senyawa terpenoid dan steroid; C-H aromatic diprediksi senyawa fenol; dan C-O diprediksi senyawa flavonoid, alkaloid dan tanin.</p>2024-12-24T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/601Uji Efek Analgetik Ekstrak Etanol Kulit Buah Langsat (Lansium domesticum var. pubescens) Secara In Vivo2024-12-25T14:19:54+07:00Hana Retno Pertiwihanaretno413@gmail.comNur Mahdinurmahdi2@gmail.comRaisha Hamiddani Syaifulraisha.stikesda@gmail.com<p>Nyeri merupakan perasaan sensitif yang tidak menyenangkan dikarenakan cedera jaringan. Pengobatan nyeri menggunakan tanaman obat sudah banyak dikenal masyarakat salah satunya adalah tanaman langsat (<em>Lansium domesticum </em>var<em>. pubescens</em>). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek analgetik ekstrak etanol kulit buah langsat (EEKBL) secara in vivo. Metode yang digunakan yaitu eksperimental dan metode <em>Writhing test.</em> Sebanyak 25 ekor mencit digunakan sebagai hewan percobaan, yang dibagi ke dalam lima kelompok: kontrol negatif diberi Na-CMC 0,5%, kontrol positif diberi parasetamol, serta tiga kelompok dosis berbeda, yaitu dosis I (80 mg/kgBB), dosis II (160 mg/kgBB), dan dosis III (240 mg/kgBB). Diamati geliat dan total persen proteksi jumlah geliat dan uji hipotesis menggunakan ANOVA. Hasil persentase proteksi menunjukkan bahwa kontrol positif (parasetamol) sebanyak 39,91% dan untuk ketiga kelompok perlakuan menunjukkan persen proteksi yaitu dosis I sebanyak 34,45%, dosis II sebanyak 47,04%, dan dosis III sebanyak 68,59%. Hasil analisis ANOVA pada semua kelompok perlakuan terdapat perbedaan bermakna (p<0.05). Dapat disimpulkan bahwa EEKBL memiliki efek analgetik dan pada dosis II dan dosis III EEKBL memiliki persen efektivitas analgetik lebih tinggi dari parasetamol yaitu berturut-turut sebesar 117,87% dan 171,86%.</p>2024-12-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/661Studi Farmakokinetik dan Toksisitas Senyawa Biji Jintan Hitam (Nigella sativa)2024-12-20T13:05:16+07:00La Ode Muhammad Anwarla.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.idAnas Kiki Anugrahla.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.idEmbriana Dinar Pramestyanila.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.idKurnia Pebriyanti Harahapla.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.idHajar Nur Fathur Rohmahla.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.idAudrie Agustini Widyawatila.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.idKoniasari Koniasarila.ode.muhammad.anwar@medikasuherman.ac.id<p>Studi farmakokinetik dan toksisitas merupakan salah satu parameter dalam pengembangan obat. Parameter farmakokinetik meliputi nilai absorbs, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat sedangkan nilai toksisitas merupakan factor keamanan pada suatu komponen senyawa atau sediaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat nilai farmakokinetik dan toksisitas pada tanaman jintan hitam (<em>Nigella sativa</em>). Database senyawa diperoleh pada situs Take out "JAMU" of KNApSAcK dan dianalsis kode SMILES pada <em>platfrom</em> PubChem. Selanjutnya dilakukan analisis farmakokinetik dan toksisitas menggunakan situs pkCSM kemudian dievaluasi menggunakan kaidah aturan Lipinski. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 26 senyawa metabolit. Nilai absorbsi pada intestinal menunjukan semua senyawa terabsorbsi menyeluruh, sedangkan 4 senyawa terabsorbsi pada P-glycoprotein. Terdapat 24 senyawa yang tidak dapat menembus <em>Blood-Brain Barrier</em> (BBB) dan 10 senyawa tidak mampu menembus SSP. Semua senyawa bukan menjadi substrat CYP2D6 dan 9 senyawa yang menjadi substrat CYP3A4. Nilai total clearance antara -0.016 sampai 1.991 dengan 1 senyawa yang menjadi substrat OCT2. Uji toksisitas menunjukan terdapat 8 senyawa mutagenic dan 5 senyawa bersifat hepatotoksik. Evaluasi menggunakan aturan Lipinski terdapat 10 senyawa yang memenuhi syarat. Dapat disimpulkan bahwa, 10 senyawa yang terdapat pada biji jintan hitam memenuhi syarat dalam pengembangan obat baru.</p>2024-12-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesiahttp://jurnal-pharmaconmw.com/jmpi/index.php/jmpi/article/view/634Formulasi Krim Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus L.) dan Daun Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) sebagai Antioksidan dan Antibakteri2024-11-20T09:43:05+07:00Ni Luh Putu Kris Monika Yantimonikayanti26@gmail.comI Gusti Ayu Nadia Prasta Uniquemonikayanti26@gmail.comPutu Indra Cyntia Dewimonikayanti26@gmail.comI Putu Gede Pramana Putramonikayanti26@gmail.comNi Luh Sukratinimonikayanti26@gmail.comArif Al Imanarifaliman6@gmail.com<p>Penyakit kulit, mulai dari jerawat hingga psoriasis, merupakan masalah umum yang mempengaruhi banyak individu dalam masyarakat. Masalah ini tidak hanya mereduksi kepercayaan diri tetapi juga berdampak pada kesehatan mental. <em>Reactive Oxygen Species</em> (ROS) menjadi salah satu penyebab utama penyakit kulit, termasuk jerawat, melalui mekanisme peroksidasi lipid dan inflamasi. Resistensi bakteri terhadap antibiotik telah meningkat, menimbulkan tantangan dalam penanganan jerawat. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi aktivitas antioksidan dan antibakteri dari ekstrak daun cabai rawit (<em>Capsicum frutescens </em>L.) dan kumis kucing (<em>Orthosiphon aristatus</em> L.) serta membandingkan ekstrak tunggal dan sediaan krimnya. Metode yang dilakukan pada penilitian ini terdiri dari determinasi tanaman, pembuat ekstrak, formulasi sediaan, evaluasi sediaan fisik, uji aktivitas antioksidan, dan uji aktivitas antibakteri. Hasil yang telah diperoleh aktivitas antioksidan ekstrak daun kumis kucing (<em>Orthosiphon aristatus</em> L.) dan daun cabai rawit (<em>Capsicum frutescens </em>L.) berturut-turut adalah 38,95 ppm dan 24,62 ppm yang tergolong aktivitas sangat kuat, sedangkan untuk kedua sediaan krim aktivitas yang kuat ditunjukkan pada formula F3 konsentrasi ekstrak 15% karena memiliku nilai IC<sub>50</sub> pada rentang 50-100 ppm. Perolehan nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) pada ketiga formula baik krim daun kumis kucing dan krim daun cabai rawit bervariasi terhadap bakteri <em>Staphylococcus epidermidis</em>, dilihat dari pengujian aktivitas antioksidan dan antibakteri pada pengujian antioksidan ekstrak lebih memiliki nilai antioksidan yang baik sedangkan untuk antibakteri sediaan krim memiliki potensi dikembangkan lebih lanjut, karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri <em>S. epidermidis</em>.</p>2024-12-29T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia